Keteladanan Seorang Prajurit TMMD Reguler 106 Kodim Cilacap Perlu Ditularkan Pada Generasi Muda Sejak Dini

Cilacap,-Di era digital ini, generasi muda merupakan pondasi bagi bangsa Indonesia dalam melahirkan bibit unggul yang bertanggung jawab dalam mengisi kemerdekaan. Suri tauladan dalam membimbing generasi muda sangat dibutuhkan. Baik dalam kepemimpinan, tanggung jawab serta melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas yang diberikan. Terlebih lagi, dalam pelaksanaan TMMD Reguler 106 Kodim Cilacap, selain pengerjaan fisik dalam pembangunan, juga ada kegiatan non fisik dengan tujuan memberikan wawasan dan pengetahuan kepada anak-anak.

Dalam pelaksanaan kegiatan non fisik ini sebenarnya sangat penting dilakukan karena selain mendapatkan penanaman berupa dasar kedisiplinan yang diajarkan oleh Anggota Satgas juga memberikan makna tersendiri bagi penerus generasi bangsa.

Salah satunya yang dilakukan oleh Sertu Mulyono yang memberikan wawasan kebangsaan serta menjelaskan makna TMMD kepada anak usia SD.

“Anak-anak SD harus sudah kita berikan wawasan kebangsaan, karena ini merupakan modal bagi mereka dalam menghadapi kemajuan jaman yang semakin maju. Kita tidak dapat pungkiri lagi, anak-anak merupakan harapan kita dalam menentukan kemajuan bangsa ini, “ Kata Sertu Mulyono, Jumat, (4/10/19).

Alasan Jokowi Pindahkan Ibu Kota Negara

Sebelum menyampaikan lokasi pastinya, Jokowi menyampaikan alasan kenapa Ibu Kota harus pindah.

"Saya ingin menyampaikan yang berkaitan dengan perpindahan Ibu Kota negara," kata Jokowi di Istana Negara, Senin (26/8/2019).


"Rencana untuk pindah ibu kota sudah sejak lama bahkan sejak Era Presiden pertama Republik Indonesia Ir Sukarno," katanya.

Menurut Jokowi sudah 74 tahun Indonesia merdeka namun belum pernah menentukan dan merancang sendiri Ibu Kotanya.

Lalu kenapa harus pindah?

"Pertama beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat pedagangan, dan pusat jasa," tutur Jokowi.

Kedua, sambung Jokowi, beban Pulau Jawa semakin berat dengan penduduk 150 juta atau 54% dari total penduduk Indonesia. Kemudian, 58% PDB ekonomi Indonesia ada di Pulau Jawa.

"Beban ini akan makin berat bila Ibu Kota pindahnya ke Pulau Jawa lainnya," kata Jokowi.

Kisah Pertapaan Mbah Fanani di Dieng Yang Jadi Misteri,Disegani Warga Dianggap Punya Kekuatan

Cerita seorang pertapa yang melegenda.  

Datang di Dieng, Wonosobo pada tahun 1980-an, pertapa bernama Mbah Fanani itu tak pernah berbicara.

Namun, laku dan keteguhannya membuat orang-orang di sekitarnya menghormatinya.

Tak ada yang berani mengusiknya, karena dia dianggap memiliki kemampuan lebih.

Bahkan ketika dia merangkak pindah tempat pertapaan ke Jalan Raya Dieng, tepatnya di Desa Dieng Kulon, Batur Banjarnegara, pada 1995, orang-orang sekitar berusaha membangun gubug.

Sebab, masyarakat sekitar kasihan dia kepanasan dan kedinginan.

Namun, itu tak terlalu dirisaukan oleh Mbah Fanani.

Dia tetap khusuk dengan lakunya, meski selalu bertelanjang dada dan hanya mengenakan selimut sarung.

Panas dan dingin yang menggigit di daerah Dieng, seolah tak berpengaruh apa pun pada dirinya.

Pertapa beramut gimbal itu misteri besar bagi warga Wonosobo.

Tak ada yang tahu asal-usulnya, apalagi informasi lainhnya. Sebab, dia memang tak pernah mau bicara.

Dia hanya berkomunikasi lewat resonasi spiritualnya, hingga orang-orang sekitar menghormatinya, bahkan merasa memilikinya.

Dia juga banyak dikunjungi orang dari berbagai daerah.

Tak kurang kyai dan pejabat sering berkunjung ke kepadanya, entah untuk kepentingan apa.

Warga sekitar pun sudah terbiasa karenanya.

Namun, tiba-tiba pada  Rabu (13/4/2017), dia menghilang dari gubug pertapaannya.

Masyarakat pun geger dan misteri pertapa Mbah Fanani makin menggemparkan.

Teka-teki itu sempat membuat bingung banyak orang, juga meresahkan.

Menurut Kepala Desa Dieng Kulon, Batur Banjarnegara, Slamet Budiono, karena Mbah Fanani sering dikunjungi orang itulah maka jika ada pengunjung datang menemui Mbah Fanani, warga juga tidak curiga.

Termasuk ketika ada rombongan orang berpakaian serba putih mendatangi tenda Mbah, Rabu (12/4/2017) sekitar pukul 22.00 WIB.

"Warga juga gak curiga, tahunya itu tamu Mbah Fanani, karena dia biasa dikunjungi orang," katanya kepada Tribunnews.com.

Ternyata, rombongan tersebut memboyong Mbah Fanani dari tempat semedinya dan membawanya meninggalkan Gunung Dieng.

Slamet pun turut menyesalkan penjemputan Mbah Fanani yang terkesan memaksa dan tiba-tiba.

"Mbah Fanani sudah belasan tahun di sini. Sudah dianggap sebagai warga sini. Harusnya paling tidak 'kulo nuwon' dulu dengan lingkungan sini kalau mau jemput, terutama kepada keluarga yang merawat selama ini," katanya.

Inilah yang menjadikan geger di Dieng. Sebab, warga dan para tamunya tak tahu rimbanya.

Baru belakangan diketahui, dia dibawa ke Indramayu oleh keluarganya.

Mbah Fanani diketahui diambil keluarganya dan dipindah ke Indramayu dari sebuah akun Facebook dengan akun Azun.

"Alhamdulillah beliau sekarang berada di petilasan DAMPU AWANG bersama orang tua kami abah Rojab dalam keadaan aman n nyaman. Petilasan dampuawang desa Sudimampir kec Balongan Indramayu, Jawa Barat," bunyi status di facebook tersebut.

Akun tersebut juga mengunggah foto mirip Mbah Fanani yang masih dalam kondisi telanjang dada dan berselimut sarung. Ia ditemani beberapa orang.

Kepastian juga disampaikan Kapolsek Batur, AKP Sumono.

Ia mengatakan, Mbah Fanani tidak dijemput paksa, melainkan dijemput oleh pihak keluarganya sekitar pukul 22.30.

Output TMMD Reguler 105 Tegal Tepat Sasaran dan Manfaat

Tegal – Akses makadam selebar 3 meter dengan panjang 702 meter yang terkoneksi langsung ke arah barat sepanjang 1,6 kilometer di ujung Dukuh Sigerung, Desa Jatimulya, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sangat bermanfaat dan tepat sasaran bagi seluruh kepentingan masyarakat.

Salah satunya bagi Wisri (38) warga Sigerung RT/RW. 01, untuk sarana mengambil air bersih di tower air Pamsimas di samping SDN Jatimulya 03 Sigerung atau di belik/mata air yang terletak kurang lebih 200 meter di sebelah barat SD tersebut dengan melewati 200 meter bagian makadam 1,6 kilometer.

Tampak Wisri mengayuh onthel nya dengan membawa jerigen melewati makadam 702 meter. Minggu (11/8/2019).

Akses ini baru saja diresmikan oleh Kasdam IV Diponegoro, Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa, SE, MM, saat menjadi Irup upacara penutupan TMMD Reguler 105 Kodim 0712 Tegal di lapangan desa (8/8).

Akses ini yang dilewati, awalnya merupakan jalan setapak dan becek saat musim hujan, kini dalam waktu singkat yang hanya 30 hari, gotong royong antara Satgas TMMD Reguler bersama masyarakat telah merubahnya menjadi jalan yang disebut layak dilalui.

Sama seperti warga lainnya, Wisri juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah, TNI dan segenap pihak yang telah membantu membangun jalan yang telah dinantikan warga setempat selama puluhan tahun, bahkan sejak dirinya belum lahir. Pasalnya, sekarang acara angkut air jadi sangat mudah dengan jalan yang datar dan keras.

Selain sasaran tersebut diatas, TMMD Reguler 105 juga mengaspal jalan sepanjang 1,1 kilometer di Dukuh Grogolan sepanjang 790 meter lebar 3 meter (titik II) dan di Dukuh Gemahsari sepanjang 310 meter lebar 2,5 meter (titik I). Sedangkan sasaran over prestasinya adalah pengaspalan Jalan Dukuh Sigerung sepanjang 130 meter lebar 3 meter, di depan SD tersebut atau tower Pamsimas.

Melihat Jalannya Kini, Masyarakat Jatimulya Tegal Sujud Syukur Massal

Tegal – Sujud syukur massal dilakukan warga Desa Jatimulya, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, di jalan aspal hasil TMMD Reguler 105 Kodim 0712 Tegal yang baru saja diresmikan Kasdam IV Diponegoro, Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa, S.E, M.M, saat menutup program (11/8).

Diantara mereka terdapat Kadus Sigerung, Kusmoro (37) dan Kadus Bulak Banteng Rismono Diarto (42). Jumat petang (9/8/2019).

Bukan tanpa sebab, jalan yang telah dibangun TNI bersama masyarakat dan segenap komponen ini kini menjadi urat nadi perekonomian dalam membantu mengentaskan kemiskinan di Jatimulya yang dihuni 12.295 jiwa atau 3.534 Kepala Keluarga. Selain itu, para pelajar SDN Jatimulya 03 Sigerung, juga terfasilitasi akses over prestasi TMMD berupa pengaspalan Jalan Dukuh Sigerung sepanjang 130 meter lebar 3 meter, membentang mulai dari Mushola Al Istiqomah Sigerung di Jalan Raya Gemahsari, menuju tower air Pamsimas melewati SD tersebut.

Dibenarkan pengambil dokumentasi, Babinsa Jatimulya dari Koramil 05 Suradadi, Serda Mursidi, bahwa apa yang dilakukan mereka adalah perwujudan syukur kepada Tuhan dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Daerah, TNI gabungan khususnya serta seluruh pihak yang telah membantu mewujudkan impian puluhan tahun mereka.

Ini juga menjadi jalan pendekat ke Desa Purwahamba, desa tetangga Jatimulya. Jalan yang sangat bagus dan halus menurut mereka karena berbanding terbalik dengan kondisi sebelumnya. Semua kendaraan termasuk becak dan onthel, kini bisa ngebut di jalan tersebut. Tak lupa Babinsa berpesan, agar merawat hasil pembangunan yang telah diberikan untuk generasi penerusnya kelak.

Terpisah dibenarkan Dandim 0712 Tegal, Letkol Infanteri Richard Arnold, mantan Dansatgas TMMD Reguler 105, bahwa semua jalan sasaran utama TMMD Reguler yang telah selesai dibangun diharapkan menjadi sarana masyarakat untuk memangkas biaya produksi pertanian dan perkebunan, baik itu warga Jatimulya sendiri maupun Purwahamba. Makadam itu adalah modal awal Pemerintah Daerah dalam pengaspalan kedepanny

Rumah Layak Huni, Irwan Jatimulya Tegal Sampaikan Pesan ke Gubernur dan TNI

Tegal – Kalimat yang ditulis pada bekas, adalah cara keluarga Irwan (44) petani asal Dukuh Gemahsari RT. 05 RW. 04, Desa Jatimulya, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dalam menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bupati Tegal mewakili Pemprov, Dra. Hj. Umi Azizah serta Dandim 0712 Tegal, Letkol Infanteri Richard Arnold, mewakili TNI.

Walaupun cuma foto bersama tanpa gestur anggota badan, sudah cukup menggambarkan kebahagiaan Irwan yang merupakan penerima bedah RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) bantuan Pemprov Jateng senilai Rp. 23 juta, yang dikerjakan oleh Satgas TMMD Reguler 105 Tegal bersama masyarakat.

Dibenarkan Serda Mursidi, Babinsa Jatimulya Koramil 05 Suradadi yang ikut berfoto, bahwa kalimat singkat namun berat maknanya. TMMD Reguler telah melayakkan gubuknya yang dulu hanya berdinding gedek yang sudah lapuk serta berlantaikan tanah.

“Dalam rehab RTLH milik Pak Irwan, anggota Satgas TMMD dan masyarakat mengerjakan pembuatan dinding keliling rumah dan ruang kamar, termasuk plesterisasi dan pengecatan,” ucapnya Minggu (11/8/2019).

Ditambahkannya juga, untuk lantai dilakukan pemasangan keramik mulai dari teras, ruang tamu, ruang tengah dan kamar.

Sementara diungkapkan pemilik rumah, “Kami tidak malu lagi pak jika ada tamu kerumah. Atap rumah juga tidak bocor lagi saat hujan nanti.”

Besar harapan Irwan, pesannya ini tersampaikan kepada Gubernur Jateng, H. Ganjar Pranowo, SH, MIP dan Pangdam IV Diponegoro, Mayjen TNI Mochamad Effendi, S.E, M.M, melalui media massa yang mempublikasikan seluruh aspek pembangunan TMMD Reguler.

Tampak juga mendampingi, Kadus Bulak Banteng (kanan foto), Rismono Diarto (42), mewakili Kepala Desa mendampingi

Warga Cilacap Kaget Diguncang 4 Kali Gempa Bumi

4 Kali Gempa Bumi Cilacap

Warga yang tinggal di Kecamatan Wanareja dan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, digegerkan empat kali guncangan gempa bumi.

Satu guncangan gempa juga dirasakan oleh masyarakat setempat, pada Sabtu siang ini.

“Warga sempat kaget dan sebagian ada yang keluar rumah untuk mencari informasi (terkait gempa),” kata Muhadi yang juga Personel Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPBD Majenang, Kabupaten Cilacap tersebut.



Hal ini harus kita perhatikan sebuah bencana apapun kita harus tetap waspada dalam keadaan apapun.

Pesan dari saya adalah " Dalam keadaan apapun kita jangan sekali meninggalkan ibadah dan selalu bersyukur apa yang telah di berikan oleh Tuhan YME"



http://www.tiarafm.kroyamedia.com/  anda juga bisa melihat profil kami